"Apalagi untuk turunan (produk) aromatik, saat ini lebih banyak diserapnya ke industri tekstil," ujar Fajar.
Fajar menjelaskan, saat ini industri petrokimia diperkirakan tengah menghadapi penurunan tingkat utilisasi pabrik hingga 50 persen. Tak hanya itu, potensi investasi senilai Rp437 triliun di sektor petrokimia juga terancam mandek akibat kekacauan yang terjadi di pasar domestik.
"Hal ini tentu juga menjadi tantangan bagi pemulihan ekonomi nasional secara keseluruhan, yang oleh Bapak Presiden (Prabowo) diharapkan bisa tumbuh sampai delapan persen," ujar Fajar.
Selain penetrasi barang impor, industri hulu petrokimia juga disebut Fajar masih gamang untuk merealisasikan investasi, seiring dengan kebijakan pemerintah yang justru memperlihatkan ketidakpastian.
Terdapat kebijakan yang diharapkan mampu menopang kinerja, antara lain insentif harga gas bumi hingga kepastian insentif fiskal berupa tax holiday, sejauh ini justru belum juga disahkan secara resmi.