Hal tersebut, kata dia, masih terjadi dalam kurun waktu 5-10 tahun terakhir. Karena itu, target porsi kredit mencapai lebih 30% untuk UMKM memang perlu segera diupayakan pemerintah. Dia memproyeksikan dengan porsi tersebut sekitar Rp2.400 triliun kredit akan menyentuh pelaku UMKM.
Dengan porsi penyaluran yang lebih besar, kata Eko, hal tersebut akan mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional yang terdampak pandemi. “Pandangan kami mengenai holding BUMN Ultra Mikro tentu saja perannya bagi akselerasi pemulihan ekonomi kita dari pandemi yang terjadi saat ini. Alasannya UMi dan UMKM ini adalah kontributor bagi perekonomian di level global, 50% dari GDP, kalau level nasional menggambarkan lebih tinggi lagi, 60,51% GDP kita kontribusinya UMKM,” ujarnya.
Untuk recovery economy, perlu menumbuhkan kembali GDP atau Product Domestik Bruto. Langkah pemerintah melalui sinergi tersebut dinilai sudah tepat. “Saya sepakat apapun yang dilakukan untuk UMKM kalau menurut saya itu (holding BUMN UMi) adalah pola yang tepat untuk kita recovery,” ucap Eko.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Keuangan Dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting mengatakan dengan memperbesar penyaluran porsi kredit kepada pelaku usaha UMi, diharapkan nasabah akan lebih terlindungi.
Dia mencontohkan, dalam keseharian pelaku UMKM banyak yang masih mendapat perlakuan tak layak dari lembaga-lembaga keuangan non formal tidak berizin.