Tantangan kedua, kata Ajib, adalah grey economy di Indonesia yang belum terdeteksi oleh sistem perpajakan Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2024 sebesar Rp22.139 triliun.
Lebih dari 54 persen PDB tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga, atau kisaran Rp12.000 triliun. Di sisi lain, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tahun 2024 sebesar Rp828,5 triliun.
"Kondisi ini pun juga karena sebagian restitusi dimasukkan pada periode tahun selanjutnya. Dengan data-data tersebut, kisaran volume konsumsi sebesar Rp2.000 triliun sampai Rp4.000 triliun masih masuk grey economy," kata dia.
Tantangan ketiga adalah utang jatuh tempo tahun 2025. Akibat scaring effect pandemi, kondisi fiskal tahun ini terbebani utang jatuh tempo mencapai Rp800 triliun.