sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

KTT ASEAN 2023, Kemitraan Strategis Dukung Ketahanan Ekonomi Kawasan

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
12/05/2023 07:30 WIB
Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) optimistis negara-negara di ASEAN bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia.
KTT ASEAN 2023, Kemitraan Strategis Dukung Ketahanan Ekonomi Kawasan. (Foto: galleryasean2023.id)
KTT ASEAN 2023, Kemitraan Strategis Dukung Ketahanan Ekonomi Kawasan. (Foto: galleryasean2023.id)

Di lain pihak, ekonomi Brunei Darussalam masih berusaha untuk pulih dengan pertumbuhan 0,9% pada Q3 tahun lalu, tetapi secara keseluruhan masih terkontraksi 1,5% pada 2022.

Capaian ini mengakhiri tujuh kuartal pertumbuhan negatif akibat pembatasan terkait Covid-19 dan pemeliharaan fasilitas minyak dan gas negara tersebut.

Perekonomian Brunei diproyeksikan tumbuh sebesar 3,2% pada 2023, dibantu oleh investasi di industri pupuk.

Singapura, salah satu negara kaya di Asia Tenggara diproyeksi akan mengalami pertumbuhan PDB riil moderat menjadi 2,2% pada 2023 karena melemahnya sektor perdagangan.

Jasa memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan Singapura, sementara inflasi yang tinggi tetap menjadi perhatian.

Perekonomian Kamboja tumbuh sekitar 5,1% pada 2022 dan pertumbuhan diproyeksikan akan berlanjut pada 5,4% pada 2023.

Sektor manufaktur memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi. Adapun sektor pariwisata diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan pada 2023 dan menjadi penopang ekonomi ASEAN.

Menurut Goldman Sachs, Thailand dan Malaysia dapat membukukan pertumbuhan empat persen sepanjang 2023 dengan normalisasi pariwisata dan perjalanan global.

Analis S&P Global juga berpendapat bahwa perlambatan global akan memiliki dampak yang lebih kecil pada ekonomi Asia Tenggara.

Hal ini karena didorong oleh permintaan domestik seperti Indonesia dan Filipina, akan mengalami pertumbuhan setidaknya 5% pada tahun 2023.

Perusahaan investasi dan berbasis di AS ini berpendapat bahwa pertumbuhan domestik permintaan semakin pulih di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, setelah pandemi Covid-19 berakhir.

Pasar Keuangan Tetap Menarik

Di pasar keuangan, kawasan ini menunjukkan ketahanan di tengah gejolak dan risiko di pasar keuangan global.

Pada paruh kedua 2022, negara-negara berkembang Asia menghadapi kondisi keuangan yang menantang karena pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh negara-negara maju utama.

Kondisi ini sempat menyebabkan imbal hasil obligasi naik dan mata uang terdepresiasi. Meski demikian, kapitalisasi pasar saham di kawasan Asia Tenggara tetap kuat pada 2022.

Belum lama ini, sektor perbankan global juga mengalami gejolak signifikan pada Maret 2023 dengan kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.

Meski demikian, sektor perbankan di negara Emerging Asia, termasuk ASEAN tetap tangguh.

Secara keseluruhan, stabilitas sektor perbankan tetap kuat di banyak negara berkembang Asia, yang dikonfirmasi oleh rasio kecukupan modal yang tinggi dan kebijakan kehati-hatian yang lebih baik.

Sementara sektor perbankan harus dipantau secara hati-hati terutama melihat era inflasi dan suku bunga tinggi seperti saat ini. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di sisi investasi, Foreign Direct Investment (FDI) sempat terpantau menurun pada 2022. Namun ada tanda-tanda pemulihan pada 2023.

Mengutip ulasan James Guild di The Diplomat (21/2/2023), aliran investasi asing di Asia Tenggara telah dipengaruhi oleh kondisi kredit global yang lebih ketat.

Hal ini akan menyebabkan perlambatan dan, dalam kasus tertentu, akan mendorong keluarnya arus modal sementara dari wilayah Asia Tenggara.

Tanda-tanda stabilisasi pada kuartal ketiga 2022 sempat membuat pasar Asia yang sedang berkembang akan tetap menjadi tujuan yang menarik untuk investasi asing langsung.

Di pasar saham, jika melihat IHSG, meskipun ada momok pelarian modal, kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar meningkat sebesar 34 persen sepanjang 2022.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement