Dia menjelaskan, program insentif tersebut sebelumnya berhasil mendorong kontribusi signifikan terhadap penjualan.
Tercatat, diskon PPN menyumbang 5 persen terhadap pre-sales pada 2023, meningkat menjadi 28 persen di 2024, dan mencapai 31 persen pada paruh pertama 2025.
“Insentif ini membantu meredakan isu keterjangkauan, sehingga permintaan tetap terjaga di tengah normalisasi pertumbuhan,” katanya.
Selain faktor insentif pajak, sektor properti juga diperkirakan terbantu oleh kondisi likuiditas yang lebih longgar.
Diketahui, pemerintah telah menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara guna mendorong pertumbuhan kredit, termasuk KPR.
“Tren historis menunjukkan adanya hubungan linear antara likuiditas dan marketing sales. Dengan likuiditas yang membaik, kami melihat potensi peningkatan penyaluran KPR, terutama dari profil pembeli end-user,” kata Ismail.