IDXChannel - Pemerintah meyakini Indonesia masih menjadi salah satu destinasi favorit bagi asing untuk berinvestasi. Sejak kuartal III-2025, investor global kembali memburu obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah.
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, minat investor global tersebut tercermin dari menurunnya imbal hasil (yield) SBN, sementara selisih (spread) SBN dengan obligasi pemerintah AS (US Treasury/UST) relatif stabil. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Indonesia tetap solid di tengah dinamika ketidakpastian global.
“Kepercayaan investor tetap terjaga di tengah dinamika global. (Yield) kita terhadap yield UST terus menyempit, mencerminkan risiko kurs dan negara yang kian terkelola. Yield SBN 10 tahun turun dari 6,97 persen ke 6,09 persen sejak awal tahun,” ujar Purbaya dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Oktober 2025, di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Purbaya menuturkan, saat ini selisih yield SBN dan UST bergerak stabil di bawah 100 basis poin (bps). Hal ini menandakan instrumen investasi di Indonesia masih menarik tanpa menekan APBN.
“(Yield) 6,09 persen mungkin terendah sepanjang yang saya tahu. Jadi cost of capital (biaya modal) lebih murah dari sebelumnya. Ini menggambarkan orang-orang lebih percaya kepada bond (obligasi) kita," katanya.
"Walaupun saya nggak suka utang banyak-banyak. Tapi kalau utang bunganya jadi murah, berarti biaya pembangunan akan terus turun ke depan,” ujar Purbaya.
Ketua LPS periode 2020-2025 tersebut menambahkan, arus dana asing (capital flow) juga menunjukkan tren positif. Meski sejak awal tahun secara keseluruhan mencatat outflow Rp158,6 triliun, khusus SBN mengalami inflow Rp26,7 triliun.
“Meski ada net outflow sebesar Rp158,6 triliun, terutama dari SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia), pasar SBN masih mencatat inflow sebesar Rp26,7 triliun. Hal ini menegaskan bahwa fundamental tetap kuat dan kredibilitas kebijakan kita terjaga di mata pelaku pasar global,” kata Purbaya.
Dia berharap konsistensi kebijakan fiskal dan moneter yang kuat serta pro-pertumbuhan dapat terus menjaga persepsi positif investor terhadap Indonesia.
“Saya harap dengan kebijakan yang kuat dan pro-growth, investor asing semakin percaya ke kita. Jadi dana global akan mulai masuk ke sini secara net dalam waktu yang tidak terlalu lama,” pungkasnya.
(Rahmat Fiansyah)