Redma mengungkapkan saat ini, Indonesia baru mengimpor kapas dari AS senilai sekitar USD150 juta per tahun, padahal potensi impornya mencapai USD800 juta. Dia menyebut impor kapas bisa dilakukan dalam jumlah yang lebih banyak jika utilisasi industri bisa ditingkatkan sampai 80 persen.
"Itu sangat-sangat bagus kalau kita mengimpor kapas lebih banyak karena kita bisa mixing (campur) dengan produk-produk polyester dan rayon yang ada di sini. Di sisi lain transisi kita juga bisa naik," katanya.
Redma mengatakan mixing bahan baku lokal seperti polyester dan rayon memiliki peluang besar untuk bisa memberikan nilai tambah lebih tinggi dan mendorong transisi industri TPT nasional menuju produksi bernilai lebih tinggi.
"Artinya sangat menguntungkan meskipun kita mengimpor kapas dari Amerika dari sisi perdagangannya bisa lebih balance (seimbang) dan kita bisa tetap ekspor ke sana. Di sisi lain transisi kita bisa juga didorong untuk naik. Jadi saya kira dengan Amerika ini untuk industri manufaktur ya sangat-sangat menguntungkan," ujar Redma.
(Rahmat Fiansyah)