Ghani berhitung, peningkatan kesejahteraan petani dilakukan melalui optimalisasi masa tanam, penataan komposisi dan penggunaan varietas unggul baru, perbaikan water management, dan aplikasi pemupukan tepat waktu dan dosis.
Sehingga, produktivitas tebu dapat ditingkatkan di atas 80 ton tebu/ha dan rendemen di atas 8%. Target itu dipandang mampu menekan beban pokok produksi tebu petani dan meningkatkaan pendapatan sisa hasil usaha.
Ghani menjelaskan, penetapan harga gula sebesar Rp 10.500/kg pada dasarnya dilakukan dalam upaya melindungi petani yang produktivitasnya masih rendah atau sekitar 5 ton GKP/ha. Seiring dengan perbaikan yang terus dilakukan, produktivitas tebu yang terus meningkat, maka harga gula di tingkat nasional dapat diturunkan dengan tetap meningkatkan pendapatan petani.
"Dengan dukungan dari PTPN sebagaimana disebutkan dalam peta jalan yang telah disusun, kami yakin dalam kurun waktu 3 – 4 tahun, produktivitas petani tebu rakyat akan meningkat di atas 7 ton GKP/ha. Dimana, dari hasil simulasi kami, pada tingkat produktivitas 7 ton GKP/ha, maka beban pokok petani turun menjadi Rp 8.300/kg. Dengan demikian, usaha tani tebu rakyat akan kompetitif dengan petani padi,” tutur Ghani.
Ghani menyakini, kolaborasi PTPN dan petani tebu rakyat dapat menyukseskan swasembada gula konsumsi nasional, menyejahterakan petani, dan menciptakan gula dengan harga yang wajar. (RAMA)