Namun, untuk menjaga stabilitas energi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri sebelum mencapai netralitas karbon, China tetap membutuhkan energi fosil dan mengandalkan batu bara sebagai sumbernya. Indonesia adalah eksportir batubara terbesar di dunia berdasarkan tonase. Ini akan menguntungkan secara ekonomi, terutama karena China melarang impor batu bara dari Australia.
Indonesia telah menjadi pemasok batu bara terbesar di China. Sepanjang 2021, China mengimpor hampir 177 juta ton batu bara, atau 74 persen dari total impor batu baranya, dari Indonesia.
China juga membutuhkan Indonesia sebagai negara sahabat untuk membantu memperluas pengaruh geopolitiknya di Asia. China dapat menawarkan berbagai inisiatif kerja sama, termasuk di bidang ekonomi dan pembangunan.
Hal ini bisa menjadi peluang untuk melayani kepentingan ekonomi nasional Indonesia. Sebagai negara yang ingin memainkan peran yang lebih menonjol dalam urusan global, memiliki kerja sama dan dukungan yang kuat dari China – ekonomi terbesar kedua di dunia – sangat penting, terutama dengan penurunan AS di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, Indonesia perlu mempertimbangkan dan mengantisipasi lingkungan internasional yang semakin tidak menentu, terutama dalam dinamika politik yang berkembang antara China dan AS.
Indonesia harus berhati-hati dalam mengambil posisi dan merespons turbulensi internasional. Kebijakan luar negerinya yang "bebas dan aktif" dapat membantu Indonesia memetakan arah melalui tengah.
(DKH)