Terutama, 22 persen dari perusahaan yang mengalami tekanan pada tahun 2022 memiliki skor ketahanan neraca yang rendah tiga tahun sebelumnya, tren yang mengkhawatirkan diperparah oleh kondisi suku bunga yang tinggi saat ini, yang menimbulkan tantangan serius bagi perusahaan untuk mencari pembiayaan baru.
Berbagai hambatan dalam lanskap Indonesia berkontribusi terhadap tantangan ini, termasuk resistensi terhadap upaya perubahan operasional yang dipengaruhi oleh norma-norma budaya, masalah biaya, dan kompleksitas peraturan; keinginan pemegang saham untuk mempertahankan kendali, bahkan dalam situasi yang sulit; keengganan kreditur tertentu untuk menyetujui pengurangan atau pemotongan utang; dan kurangnya landasan hukum yang kuat untuk memfasilitasi proses restrukturisasi keuangan secara menyeluruh.
Analisis ADA pada setiap sektor mengidentifikasi adanya tekanan di seluruh sektor, terutama pada sektor Pertambangan Logam & Non-Batubara, Ritel & Transportasi, dan Infrastruktur & Konstruksi sebagai tiga sektor yang paling terpapar.
Sektor Barang Konsumsi dan Bahan Kimia & Material menunjukkan tren memburuk yang mengkhawatirkan dalam hal tekanan selama dua tahun terakhir. Sebaliknya, sektor Pertanian, Pertambangan Batu Bara dan Energi, Komunikasi dan TI, serta Kesehatan mencatat tingkat tekanan yang rendah dengan tren pemulihan yang signifikan.
Selanjutnya, perusahaan juga harus lebih bijaksana dalam menyeimbangkan antara pilihan pertumbuhan dan keuntungan. Pendekatan pertumbuhan dengan segala cara tidak lagi menjadi pilihan yang tepat.