sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Gara-gara Saudi Aramco, Harga Minyak Dunia Melonjak 1,14 Persen

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
08/11/2021 12:30 WIB
Rilis harga minyak hasil yang diproduksi oleh Saudi Aramco telah mendorong lonjakan harga minyak dunia.
Gara-gara Saudi Aramco, Harga Minyak Dunia Melonjak 1,14 Persen. (Foto: MNC Media)
Gara-gara Saudi Aramco, Harga Minyak Dunia Melonjak 1,14 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Rilis harga minyak hasil yang diproduksi oleh Saudi Aramco telah mendorong lonjakan harga minyak dunia. Adapun hal tersebut membuat acuan minyak jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) ikut terdongkrak naik, menandai kuatnya permintaan ketika pasokan timur tengah mulai ketat.

Menilik pasar komoditas hingga pukul 12:06 WIB, harga minyak berjangka Brent melesat (1,14%) di harga USD83,68 per barel, setelah turun hampir 2 persen pada pekan lalu.

Sedangkan WTI naik (1,28%) di USD82,31, usai merosot hampir 3 persen sepanjang pekan terakhir.

Pada Jumat malam (5/11), Aramco merilis harga jual resmi minyak 'Arab Light' untuk kontrak Desember di Asia sebesar USD1,40 menjadi USD2,70. Kenaikan ini semakin memperketat pasokan dari timur tengah mengingat ada produsen lain seperti di Oman dan Dubai.

Langkah Aramco ini menunjukkan permintaan minyak masih tetap kuat di tengah upaya pengendalian harga oleh negara-negara OPEC dan para eksportir minyak di negara maju lainnya, dilansir Reuters, Senin (8/11/2021).

Sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi dan sekutunya seperti Rusia yang dikenal sebagai OPEC+ sepakat untuk tetap mempertahankan produksi mereka sebesar 400.000 barel per hari mulai Desember mendatang.

Presiden AS Joe Biden menyerukan OPEC+ menambah produksi mereka dengan alasan agar harga di pasaran tetap stabil. Kendati OPEC+ tetap bersikukuh pada keputusannya, Biden mengaku memiliki cara lain untuk meredam lonjakan harga di pasar.

Di tempat lainnya, China mencatatkan penurunan angka impornya pada Oktober 2021 menuju level terendah dalam tiga tahun terakhir. 

Adapun hal itu dipicu oleh kilang milik negara yang menahan pembelian lantaran harganya yang tinggi di pasaran. Sementara beberapa kilang swasta dibatasi oleh pemerintah mengingat kuotanya yang terbatas. (TYO)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement