Kinerja Saham Positif di Tengah Penguatan Harga Komoditas
Masuknya emiten tambang ke segmen kendaraan listrik bisa menjadi katalis positif pergerakan saham emiten tersebut. Seperti harga saham INDY yang terdongkrak ketika perusahaan menggaet IBC, Foxconn, dan Gogoro masuk dalam ekosistem kendaraan listrik di awal tahun.
Pada perdagangan 24 Januari 2022, saham emiten batu bara ini terkerek 24,92 persen ke level Rp1.980 per saham. Sayangnya, tren tersebut hanya sesaat saja. Saham INDY kembali terkoreksi pada 25 Januari 2022 menjadi Rp1.885/saham.
Akan tetapi, dibanding emiten lainnya, kinerja saham INDY secara year to date (YTD) tercatat paling baik. Adapun menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (20/6/2022), kinerja saham emiten ini mencapai 65,70 persen sepanjang tahun 2022.
Peforma positif kinerja saham INDY selaras dengan kinerja keuangan yang baik. Sebab, pada triwulan pertama tahun ini, emiten batu bara ini berhasil membalik rugi menjadi laba.
Emiten lain yang kinerja sahamnya juga baik yaitu INCO (42,09%), ADRO (30,22%), dan TINS (15,81%).
Sementara TOBA menjadi emiten dengan kinerja saham terburuk, yakni terkontraksi hingga minus 25,45 persen secara YTD. Selain itu, ANTM juga mencatatkan kinerja saham YTD yang memerah di angka minus 8,41 persen.
Kinerja Saham Year to Date (YTD) Emiten Baterai Kendaraan Listrik 2022
Sumber: Tim Riset IDX Channel, Bursa Efek Indonesia (BEI), Juni 2022 (data olahan)
Meski memiliki kinerja saham YTD yang negatif, ANTM mencatatkan lonjakan harga saham hingga 32,88 persen dalam pekan pertama bulan Maret tahun ini. Lonjakan saham tambang nikel tersebut ke zona hijau pada awal Maret lalu diiringi dengan harga nikel yang melesat hingga 73 persen.
Pada Senin (7/3/2022), harga nikel meroket hingga USD56 ribu/ton, mencapai rekor harga tertinggi sepanjang masa. Melajunya harga nikel dunia disebabkan kekhawatiran pelaku pasar akan sanksi bagi Rusia yang dapat mengganggu pasokan nikel dunia.
Selain ANTM, TINS juga mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 14,47 persen selama sepekan di awal Maret lalu. Adapun London Metal Exchange (LME) mencatat, harga nikel per Kamis (23/6) kembali di angka USD24,45 ribu atau tumbuh 22,12 persen secara YTD.
Selain nikel, komoditas batu bara juga mengalami kenaikan di tahun ini. Tercatat, harga batu bara mendekati USD400/ton pada Rabu (21/6/2022). Mengacu pada harga kontrak batu bara acuan ICE Newscastle, harga batu bara menguat hingga 3,27 persen menjadi USD394,75/ton.
Kenaikan tersebut dipicu rencana Eropa untuk beralih ke bahan bakar fosil. Sebagaimana dilansir dari Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia kecipratan untung dari permintaan batu bara oleh Jerman sejurus dengan aksi boikot berbagai negara Eropa terhadap kegiatan ekspor impor komoditas asal Rusia.
Situasi ini tentunya menguntungkan bagi emiten batu bara. Pasalnya, harga saham berbagai emiten ini tercatat melesat pada perdagangan Senin (21/6/2022). Adapun emiten yang harga sahamnya menguat yakni ADRO (3,41 persen), INDY (3,13 persen), dan TOBA (2,44 persen). (ADF)
Periset: Melati Kristina
Sumber: Tim Riset IDX Channel, Juni 2022