Para analis utama, termasuk dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak pada 2024 terutama didorong oleh konsumsi China.
“Data pabrik menegaskan pandangan kami bahwa China, setidaknya untuk saat ini, merupakan penghambat pertumbuhan permintaan minyak global,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM dilansir dari Reuters, Rabu (31/1/2024).
Di sisi lain, para pembuat kebijakan AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pekan ini. Prediksi para ekonom menunjukkan penurunan suku bunga tidak mungkin dilakukan sebelum Juni.
Hal itu mengingat masih kuatnya belanja rumah tangga dan ketidakpastian terhadap prospek perekonomian. Sentimen lainnya, perang Israel-Hamas telah meluas menjadi konflik laut di Laut Merah antara Amerika Serikat dan militan Houthi yang bersekutu dengan Iran.
Meskipun hal ini telah mengganggu pengiriman kapal tanker minyak dan gas alam, yang meningkatkan biaya pengiriman dan mulai mempengaruhi pasokan minyak, jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa rekor produksi di negara-negara Barat dan pertumbuhan ekonomi yang lambat akan membatasi harga dan membatasi premi risiko geopolitik.
“Masalah utama yang menyebabkan harga minyak mentah menjadi bullish adalah gambaran teknisnya yang masih bearish dan belum bisa mengimbangi kejadian terkini,” termasuk serangan drone mematikan terhadap pasukan AS di dekat perbatasan Yordania-Suriah pekan lalu, kata analis pasar IG, Tony Sycamore.
Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman pada hari Rabu mengatakan mereka akan terus melakukan serangan terhadap kapal perang AS dan Inggris di Laut Merah dalam apa yang mereka sebut sebagai tindakan membela diri, yang memicu kekhawatiran akan gangguan jangka panjang terhadap perdagangan global.
Sementara itu, serangan Israel di Gaza terus berlanjut, meskipun kelompok militan Palestina Hamas mengatakan pihaknya sedang mempelajari proposal baru untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza.
(FRI)