IHSG Diprediksi Menguat Pekan Depan, Analis: Tapi Waspadai Profit Taking

IDXChannel - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi cukup kuat pada pekan depan setelah ditutup melejit 1,50% pada akhir minggu lalu.
Head of Technical Analyst PT BNI Sekuritas Andri Zakarias mencermati kenaikan IHSG merupakan bagian dari January Effect yang mendongrak saham-saham unggulan. Namun, Andri mewaspadai aksi profit taking pada awal pekan depan.
"Kalau dilihat tren indeks sendiri masih naik. Outlook BNI Sekuritas memang targetnya setelah menembus 6.693, maka bisa ke 6.820 sampai 6.690," kata Andri kepada MNC Portal Indonesia, dikutip Minggu (23/1/2022).
Dari sisi sentimen, Andri melihat penyebaran varian Omicron masih tidak memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap indeks. Sebaliknya, Andri membaca pelaku pasar akan cenderung wait and see menjelang pertemuan komite (FOMC) Federal Reserve pada pekan depan.
Menurut Andri, Fed masih mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan yang digelar pada 25 - 26 Januari 2022 mendatang, di tengah indikasi kenaikan yang dimulai pada Maret.
Kendati secara teknikal trend IHSG cenderung menguat, Andri menimbang penguatan IHSG masih akan terbatas pada perdagangan pekan depan di area 6725 - 6754, mendekati level all time highnya di 6.754,46.
Tapering BI Bikin IHSG dan Rupiah Menguat
"Saya lihat kenaikannya agak terbatas. Mungkin awal pekan depan harusnya mencoba antara 6.725 - 6.754," tuturnya.
Kepada investor, Andri mewaspadai aksi profit taking menyusul kenaikan pada Jumat lalu (21/1). Andri menilai pasarakan cenderung wait and see awal pekan depan.
"Saya pikir menjelang pertama dekat ini pelaku pasar masih akan cenderung wait and see menjelang keputusan (Fed) Kamis depan. Karena kenaikannya (Jumat lalu) ignifikan, mungkin Senin Selasa depan akan ada profit taking," pungkasnya.
Sebagai catatan, IHSG berakhir melejit 1,50% di 6.726,37 pada penutupan Jumat (21/1), membawa naik sejumlah saham-saham bigcaps unggulan seperti PT Adaro Minerals (ADRO) 3,68%, PT Bank Central Asia (BBCA) 2,25%, PT Telkom Indonesia (TLKM) 2,61%, dan PT Bank Mandiri (BMRI) 1,74% dan lain sebagainya.
(SANDY)