IDXChannel – Menelusuri sejarah saham BGTG atau kode emiten dari perusahaan PT Bank Ganesha Tbk memang sangat menarik. Bank Ganesha didirikan pada tahun 1990 dan mulai beroperasi pada tanggal 30 April 1992.
Bank Ganesha secara kompetitif melayani kebutuhan nasabah dengan menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito, giro dan tabungan, serta penyaluran kredit kepada segmen Korporasi dan UMKM.
Bank Ganesha berencana untuk memperluas jaringannya pada tahun 2022. Bank Ganesha memiliki jaringan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan ATM di Jakarta, Tangerang dan Surabaya. Selain itu, Bank Ganesha juga memiliki ATM yang terintegrasi dengan jaringan ATM Bersama dan ATM Link.
Sebagai bank devisa, Bank Ganesha juga melayani transaksi ekspor impor, transaksi devisa dan transaksi layanan perbankan lainnya. Dan pada tahun 2018 Bank Ganesha meluncurkan platform online banking dan mobile banking.
Pada tanggal 3 Mei 2016, BGTG mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mencatatkan kepada publik sebanyak 5.372.320.000 saham BGTG baru dengan nilai nominal Rp100 per saham pada harga penawaran Rp103 per saham.
Selain itu, BGTG menerima 2.286.650.000 saham baru untuk Equity Development Investment Tbk (GSMF) dengan harga penawaran yang sama. Saham ini telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Mei 2016.
Laporan Keuangan BGTG
Laba bersih Bank Ganesha (BGTG) per 30 September 2022 sebesar Rp32,59 miliar. Meningkat 432 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dan berjumlah Rp6,12 miliar. Laba per saham dasar Rp2,13 dari sebelumnya Rp0,55.
Pendapatan bunga bersih Rp212,30 miliar, lebih dari 75 persen dari Rp120,92 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Ini berasal dari pendapatan bunga sebesar Rp305,81 miliar, lebih dari 30 persen dari Rp235,23 miliar tahun lalu. Total bunga Rp93,51 miliar, turun dari Rp114,31 miliar dari periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan operasional lainnya berjumlah Rp30,91 miliar, sedikit meningkat dari pengeluaran terkait tahun lalu sekitar Rp29,71 miliar. Total kerugian penurunan nilai sebesar Rp70,60 miliar, lebih dari 106 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp34,18 miliar. Beban operasional lainnya mencapai Rp128,18 miliar, sedikit meningkat dari Rp106,74 miliar pada tahun sebelumnya.
Laba usaha sebesar Rp44,42 miliar meningkat sebesar 357 persen dibandingkan dengan Rp9,71 miliar pada tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak penghasilan Rp40,24 miliar, naik 423 persen dari Rp7,55 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Beban pajak adalah Rp7,64 miliar, yang 434 persen lebih rendah dari pengeluaran yang sesuai sebesar Rp1,43 miliar tahun lalu. (SNP)