Sementara itu, mata uang dengan kinerja terburuk adakag rubel Rusia dan lira Turki masing-masing kehilangan hampir seperlima dan sepertiga nilainya terhadap dolar AS.
Lira Turki mengalami depresiasi mencapai 36,6 persen sepanjang 2023, karena negara ini telah menyaksikan beberapa gejolak politik yang mengguncang perekonomian serta sentimen investor.
Sementara itu perekonomian Rusia sangat bergantung pada ekspor bahan bakar fosil, di mana sektor ini terkena dampak sanksi Barat. Dengan berkurangnya pembeli minyak dan gas, pendapatan ekspor menurun, negara tersebut harus kehilangan surplus perdagangan yang cukup besar. Kinerja Rubel Rusia terhadap USD juga terdepresiasi 17,5 persen.
Di lain pihak, kinerja yuan China terdepresiasi 2,8 persen sepanjang 2023. Yuan China juga sangat sensitif terhadap pergerakan indeks dolar dan sangat terpengaruh oleh kinerja pemulihan ekonomi China yang masih berjuang sepanjang tahun lalu.
(YNA)