Namun, dengan penguasaan menara sebanyak itu, sebagian pelaku pasar justru khawatir bahwa anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) itu tidak lagi memiliki ruang tumbuh yang cukup dalam ekspansinya di masa mendatang.
Menjawab kekhawatiran tersebut, Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko, menyebut bahwa bisnisnya kini tidak lagi hanya semata-mata berkutat pada jasa sewa menara.
"Fokus kami saat ini adalah monetisasi bisnis, optimalisasi aset dan peningkatan kualitas layanan. Dengan begitu, ruang pertumbuhan masih sangat terbuka lebar," ujar Theodorus, kepada media.
Dilepas ke pasar pada harga Rp800 per saham saat listing, pergerakan saham MTEL sejauh ini masih cukup stabil di rentang Rp650 hingga Rp800-an per saham. Rekor titik tertinggi sempat tercipta pada level Rp830 per saham, yang terbentuk pada akhir 2021.
Setelahnya, saham MTEL seolah betah hilir-mudik di kisaran Rp760 hingga Rp790 per saham. Sedangkan rekor kejatuhan terdalam terjadi saat 27 Mei 2022, di mana saham MTEL diperdagangkan di level Rp665 per saham.