sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pasar Optimis, Harga Minyak Mentah Merekah 

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
11/11/2022 09:54 WIB
Harga minyak mentah tumbuh pagi ini Jumat (11/11/2022), merespons optimisme pasar terhadap ekonomi Amerika Serikat.
Pasar Optimis, Harga Minyak Mentah Merekah (Foto: MNC Media)
Pasar Optimis, Harga Minyak Mentah Merekah (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak mentah tumbuh pagi ini Jumat (11/11/2022), merespons optimisme pasar terhadap ekonomi Amerika Serikat sekaligus kekhawatiran resesi yang mulai mereda. 

Namun, lonjakan kasus Covid-19 di China masih menjadi pemberat harga mengingat pembatasan mobilitas mengancam permintaan bahan bakar.

Data perdagangan Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 09:29 WIB, mencatat harga minyak kontrak Januari 2023 menguat 0,19% di USD93,85 per barel.

Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Januari menanjak 0,26% sebesar USD85,88 per barel.

Dalam hitungan mingguan, Brent masih turun hampir 5%, sedangkan WTI terpuruk lebih dari 6%.. Pasar minyak terlihat mulai rebound menyusul penurunan dolar Amerika Serikat, setelah data inflasi terbaru menunjukkan ada kenaikan sebesar 7,7% pada periode Oktober.

Persentase inflasi yang melandai membangun ekspektasi perlambatan laju suku bunga, dan meningkatkan harapan ekonomi AS dapat bertahan dari resesi, sebagaimana dikatakan sejumlah analis.

Nilai dolar AS yang lebih rendah mendorong permintaan minyak di pasar karena membuat komoditas itu menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Di tengah optimisme itu, analis menilai kenaikan harga minyak masih relatif terbatas lantaran ada ancaman permintaan bahan bakar dari China, sebagai importir minyak terbesar dunia. Lonjakan kasus Covid-19 di pusat manufaktur Guangzhou membuat otoritas setempat mendesak warganya untuk bekerja dari rumah.

"Para pedagang minyak masih sensitif terhadap lockdown di China. Untuk sementara ini akan menahan ambisi (kenaikan) harga," kata Analis SPI Asset Management, Stephen Innes, dilansir Reuters, Jumat (11/11/2022).

Selain perintah kerja dari rumah yang mengurangi mobilitas dan permintaan bahan bakar, perjalanan keluar-masuk China dikabarkan masih berjalan seperti biasa. Namun dengan adanya lonjakan kasus ini, warga, baik domestik, maupun mancanegara khawatir akan terjebak dalam karantina, sebagaimana laporan ANZ Research.

(DES)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement