Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan, bursa karbon ini memang hal yang baru, sehingga masih dibutuhkan pemahaman.
Meskipun perdagangannya masih jauh dari ekspektasi, Jeffrey memandang sisi positifnya, bahwa volume transaksi di IDX Carbon sudah hampir tiga kali lipat melebihi bursa karbon Malaysia yang diluncurkan sembilan bulan lebih awal.
"Tentunya, dalam konteks itu, kita tidak berkecil hati. Tetapi kalau itu kita bandingkan dengan potensi riil kita, memang masih sangat kecil. Itu membuat kita jauh lebih semangat kedepannya. Potensi kita jauh lebih besar, kita mensyukuri tapi jauh lebih semangat," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan salah satu upaya BEI untuk mendorong perdagangan karbon, yakni dengan mengajak perusahaan tercatat dan emiten untuk masuk ke Net Zero Incubator yang akan segera digelar.
(YNA)