IDXChannel - Sejumlah tantangan diyakini masih akan menghadang kinerja industri semen nasional di sepanjang tahun ini.
Sebut saja peta persaingan pasar yang sangat kompetitif, kondisi kelebihan pasokan, tingginya biaya energi hingga perlambatan tren pertumbuhan diperkirakan harus segera dicarikan solusinya oleh para pelaku industri semen.
Kondisi tersebut diakui oleh PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), atau yang juga dikenal dengan nama Semen Indonesia Group (SIG).
Sebagai pemimpin pasar (market leader) semen nasional saat ini, SIG mengaku masih optimistis bakal mampu mempertahankan dominasinya lewat optimalisasi fasilitas produksi dan penguatan jaringan distribusi.
"Fasilitas produksi dan jaringan distribusi yang ekstensif menjadi kunci kami untuk memastikan kelancaran pasokan dan kecepatan pengiriman bahan bangunan ke berbagai wilayah di Indonesia," ujar Direktur Supply Chain SIG, Adi Munandir, dalam keterangan resminya, Jumat (18/2/2023).
Selain itu, menurut Adi, langkah memastikan kelancaran itu juga sekaligus menjadi kontribusi terhadap efisiensi biaya logistik untuk peningkatan profitabilitas perusahaan.
Pasca integrasi dengan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) pada akhir tahun lalu, SIG kini memiliki pabrik semen terintegrasi di sembilan lokasi, pabrik pengemasan di 31 lokasi, tujuh pabrik penggilingan semen dan 40 pelabuhan.
Jaringan kerja tersebut masih didukung lagi oleh tersedianya 460 distributor, baik di Indonesia maupun di Vietnam (TLCC), serta 70.000 jejaring toko ritel yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Bergabungnya SMBR semakin memperkuat jalur distribusi kami di Sumatra, yang merupakan pasar terbesar kedua di Indonesia," tutur Adi.
Saat ini, Adi menjelaskan, SIG memiliki jaringan distribusi dan transportasi terluas di Indonesia untuk industri semen. SIG juga mengelola lebih dari 1.200 jalur transportasi darat dan lebih dari 100 jalur transportasi laut yang menjadi salah satu aset terbesar SIG.
"Untuk efisiensi jaringan logistik, kami juga menerapkan model bisnis logistik terkonsolidasi (cargo consolidator). Model bisnis ini membantu perusahaan melakukan optimalisasi armada agar distribusi lebih fleksibel dan mencapai efisiensi dari peningkatan utilisasi," tegas Adi. (TSA)