Dalam skenario optimistis, rasio pembayaran dividen bisa mencapai 55 persen, sedangkan skenario pesimistis menyebut potensi penurunan hingga 25 persen terkait kebutuhan belanja modal dan pelunasan utang.
Menyusul kenaikan harga saham 56 persen sejak IPO per 18 Desember 2024, CGSI memberikan rekomendasi hold (tahan) pada AADI dengan target harga Rp8.900 per saham berbasis diskonto arus kas (discounted cash flow/DCF).
Valuasi ini mengimplikasikan rasio harga terhadap laba (P/E) sebesar 5,9 kali untuk 2025, mendekati rata-rata industri.
Potensi kenaikan harga saham AADI terletak pada peningkatan harga batu bara dan dividen, sementara risiko penurunan mencakup realisasi harga batu bara yang lebih rendah serta pembagian dividen yang tidak sesuai ekspektasi. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.