AADI, yang mengelola batu bara berkalori menengah (4.200-5.000 kcal per kg), mencatat rasio pengupasan (strip ratio) sebesar 4,5 kali—jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 10 kali. Hal ini, kata analis CGSI, menjadi kunci efisiensi biaya yang membuat AADI unggul, terutama saat harga batu bara melemah.
Namun, prospek ke depan menghadapi tantangan. CGSI memperkirakan harga batu bara akan turun menjadi USD110 per ton pada 2025 dan USD95 per ton pada 2026, dibandingkan proyeksi USD135 per ton tahun ini.
Akibatnya, pendapatan AADI diperkirakan menurun masing-masing 16 persen dan 11 persen pada 2025 dan 2026.
Dari sisi produksi, AADI diperkirakan mampu meningkatkan output hingga 68,3 juta ton pada 2026, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laba inti diproyeksikan turun menjadi USD756 juta pada 2025 dan USD645 juta pada 2026.
Untuk pembagian dividen, CGSI memperkirakan AADI menerapkan payout ratio 40 persen pada 2025-2026, menghasilkan imbal hasil dividen sekitar 5,9-7 persen, di bawah rata-rata industri sebesar 6-9,5 persen.