Hal yang paling ditakutkan para debitur gagal bayar adalah penagihan dari debt collector yang seringkali dianggap tidak manusiawi. Cara penagihan terkadang melibatkan intimidasi, teror, hingga persebaran data ke publik.
Banyak juga debitur yang akhirnya terperangkap dalam siklus gali lubang tutup lubang, melunasi utang pinjol dengan mengajukan pinjaman di tempat lain. Hingga akhirnya jumlah utang berjalan terus bergulung dengan bunga yang tak murah.
Pada satu sisi, pinjaman online hadir dengan persyaratan yang mudah sehingga dapat membantu likuditas debitur yang benar-benar membutuhkan uang cepat. Namun di sisi lain, tidak semua debitur memiliki edukasi keuangan yang mumpuni.
“Pinjol masih terkonsentrasi ke pinjaman konsumtif dibanding pinjaman produktif, alhasil membuat masyarakat gampang belanja, tapi tidak menghitung kemampuan bayar. Jadi cuma buat konsumtif saja, tidak mendorong produktivitas dan daya saing,” tutur Direktur Celios Bhima Yudhistira.
Bhima juga menyoroti dampak keberadaan pinjol dalam jangka panjang, terutama pada masyarakat yang notabene belum dibekali literasi keuangan yang baik.