sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Karyawannya Mogok Kerja, CEO Boeing Kelly Ortberg: Saya Tidak Khawatir

News editor Kunthi Fahmar Sandy
04/08/2025 23:22 WIB
Lebih dari tiga ribu pekerja pertahanan Boeing melakukan aksi mogok pada hari Senin, sebuah pukulan baru bagi raksasa penerbangan.
Karyawannya Mogok Kerja, CEO Boeing Kelly Ortberg: Saya Tidak Khawatir (FOTO:Dok Laman BBC)
Karyawannya Mogok Kerja, CEO Boeing Kelly Ortberg: Saya Tidak Khawatir (FOTO:Dok Laman BBC)

IDXChannel - Lebih dari tiga ribu pekerja pertahanan Boeing melakukan aksi mogok pada hari Senin, sebuah pukulan baru bagi raksasa penerbangan yang sedang berjuang.

Dilansir dari laman BBC Senin (4/8/2025), aksi mogok ini terjadi setelah anggota serikat pekerja di operasi Missouri dan Illinois, yang memproduksi jet tempur F-15 dan pesawat militer lainnya menolak tawaran terbaru perusahaan terkait gaji, jadwal kerja, dan pensiun.

"Kami kecewa karena karyawan kami menolak tawaran yang menawarkan pertumbuhan upah rata-rata 40 persen," ujar Dan Gillian, Wakil Presiden Unit Dominasi Udara Boeing, dalam sebuah pernyataan.

Padahal saat ini Boeing sedang berjuang untuk bangkit setelah serangkaian masalah, termasuk masalah keselamatan dan aksi mogok yang merugikan selama hampir delapan minggu oleh para pekerja pesawat penumpang pada tahun lalu.

Aksi mogok kerja ini dipimpin oleh cabang lokal Asosiasi Pekerja Mesin dan Dirgantara Internasional (IAM) yang berkantor pusat di St. Louis, lokasi pusat manufaktur pertahanan Boeing.

"3.200 anggota Serikat Pekerja IAM yang berkeahlian tinggi di Boeing mogok kerja tengah malam karena sudah cukup. Ini tentang rasa hormat dan martabat, bukan janji kosong," tulis serikat pekerja di akun media sosial X.

IAM adalah salah satu serikat pekerja terbesar di Amerika, mewakili sekitar 600.000 anggota di industri kedirgantaraan, pertahanan, pembuatan kapal, dan manufaktur.

Ini adalah aksi mogok pertama di divisi pertahanan Boeing sejak tahun 1996, ketika pekerjaan terhenti selama lebih dari tiga bulan.

Namun, pekan lalu, CEO Boeing Kelly Ortberg mengecilkan potensi dampak dari aksi mogok tersebut.

Ia menekankan bahwa aksi mogok tersebut akan jauh lebih kecil daripada aksi mogok tahun lalu yang melibatkan sekitar 30.000 pekerja pesawat penumpang yang merugikan perusahaan miliaran dolar. "Saya tidak akan terlalu khawatir tentang implikasi pemogokan ini. Kami akan mengatasinya," kata Ortberg.

Boeing telah dilanda serangkaian krisis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua kecelakaan fatal dan ledakan dramatis di udara yang melibatkan salah satu pesawatnya.

Pada tahun 2018, sebuah Boeing 737 jatuh setelah lepas landas dari Jakarta, Indonesia, menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya. Beberapa bulan kemudian, 157 orang lainnya tewas ketika sebuah pesawat Boeing jatuh tak lama setelah lepas landas di Ethiopia. Terpisah pada tahun 2024, sebuah panel yang dipasang di atas pintu darurat Boeing 737 Max yang tidak digunakan terlepas di tengah penerbangan.

Perusahaan ini hanya mengirimkan 348 pesawat kepada pelanggannya tahun lalu, jumlah produksi terendah sejak pandemi.

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement