sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

RI Punya 295 Sesar Aktif, BMKG Ajak Masyarakat Jadi Penjaga Sesama

News editor Binti Mufarida
18/11/2025 12:45 WIB
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menegaskan, kesiapsiagaan bencana harus menjadi budaya dan cara pandang hidup masyarakat Indonesia.
RI Punya 295 Sesar Aktif, BMKG Ajak Masyarakat Jadi Penjaga Sesama. (Foto Istimewa)
RI Punya 295 Sesar Aktif, BMKG Ajak Masyarakat Jadi Penjaga Sesama. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menegaskan, kesiapsiagaan bencana harus menjadi budaya dan cara pandang hidup masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tingginya potensi bencana di Indonesia yang menuntut kesadaran kolektif yang berkelanjutan.

“Letak Indonesia pada pertemuan empat lempeng tektonik dunia (Indo-Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik) menyebabkannya memiliki 13 segmen subduksi dan lebih dari 295 sesar aktif,” ujarnya dalam acara peringatan 10 Tahun Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) di Auditorium Kantor Pusat BMKG, Jakarta, Selasa (18/11/2025). 

Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia di mana data BMKG mencatat rata-rata terjadi 30 ribu kali gempa bumi setiap tahunnya. Catatan ini tentu bukan hanya angka namun menjadi penanda bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi menjadi garda terdepan yang harus terus digencarkan oleh seluruh pihak.

Dalam hal ini, BMKG terus berupaya mendorong kesadaran kolektif yang berkelanjutan melalui kegiatan SLG. Selama 10 tahun atau satu dekade, BMKG terus bergerak memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat Indonesia untuk mengajarkan tentang kesiapsiagaan, keterampilan, dan cara pandang kehidupan dalam menghadapi potensi bencana. 

"Bahwa keselamatan dapat dipersiapkan, ketangguhan dapat ditumbuhkan, dan setiap manusia adalah penjaga bagi dirinya dan sesamanya," ujarnya. 

Di sisi lain, Jakarta sebagai kota metropolitan dengan segala hiruk pikuknya dianggap sebagai kota yang relatif aman. Namun, menilik catatan sejarah, Jakarta pernah mengalami kerusakan akibat gempa bumi pada 1699, 1780, 1834, dan 1903. 

Rentetan peristiwa gempa besar ini diduga kuat dipicu aktivitas subduksi lempeng mengingat dampak kerusakan yang ditimbukan dalam spektrum cukup luas. Catatan ini menjadi pengingat bagi seluruh pihak bahwa Jakarta juga memiliki potensi bahaya gempa, sehingga diperlukan kesiapsiagaan dan menjadi budaya bersama. 

Tugas pokok BMKG, kata Faisal, adalah memastikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami tersebar luas dan dapat diterima pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan yang tepat.

Dia berharap SLG terus membawa manfaat besar guna mewujudkan early warning yang cepat, akurat, dan terpadu untuk early action yang tersinergi.

"Guna menjaga keberlangsungan program ini, BMKG tidak dapat berjalan sendiri tanpa kolaborasi erat dan kontribusi dari seluruh pihak," ujarnya. 

Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika BMKG Nelly Florida Riama menyampaikan, SLG merupakan langkah strategis yang manfaatnya berdampak langsung kepada masyarakat.

"Tujuan dari kegiatan SLG adalah tidak hanya seremonial, namun sebagai pengingat bersama untuk dapat merespon informasi gempabumi dan tsunami dengan baik, baik itu masyarakat maupun institusi terkait," kata Nelly. 

Nelly memaparkan, program SLG telah menorehkan capaian signifikan selama 10 tahun pelaksanaannya. Hingga November 2025, SLG telah terlaksana di 215 lokasi dengan total 11.215 peserta. Capaian ini diperkuat dengan program BMKG Goes to School yang telah menjangkau 64.400 peserta.

"Pada tahun ini telah terlaksana SLG di 37 lokasi dari 40 lokasi yang telah dimulai dari bulan Juni," kata Nelly.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement