sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dekarbonisasi Belum Optimal, Pemanfaatan EBT Didominasi PLTS Atap

Economics editor Oktiani Endarwati
23/12/2021 06:32 WIB
Sampai dengan kuartal III-2021, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih jauh dari target, tepatnya berada di angka 11,2 persen.
Dekarbonisasi Belum Optimal, Pemanfaatan EBT Didominasi PLTS Atap. (Foto: MNC Media)
Dekarbonisasi Belum Optimal, Pemanfaatan EBT Didominasi PLTS Atap. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sampai dengan kuartal III-2021, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih jauh dari target, tepatnya berada di angka 11,2 persen. Sedangkan, target yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 23 persen di 2025 mendatang.

Data tersebut memperlihatkan kebijakan dekarbonisasi masih belum optimal, meski sudah berjalan. Adapun total kapasitas terpasang energi terbarukan hingga September 2021, hanya mencapai 10.827 MW atau bertambah sekitar 400 MW.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan, kurang kondusifnya iklim investasi energi terbarukan di Indonesia, dan komitmen politik yang tidak konsisten dapat membuat pencapaian target 23 persen bauran energi terbarukan pada 2025 terkendala.
 
"Untuk mencapai target KEN dan RUEN di 2025 kapasitas pembangkit energi terbarukan diperkirakan harus minimal mencapai 24.000 MW atau sekitar 2-3 GW penambahan kapasitas energi terbarukan setiap tahunnya," ujarnya.

Sementara itu, agar sesuai dengan Persetujuan Paris, dibutuhkan setidaknya 11-13 GW pembangkit energi terbarukan untuk mendekarbonisasi sistem energi di Indonesia yang mencakup sektor pembangkitan listrik, transportasi dan industri pada tahun 2050. 

"Selain itu, pemanfaatan energi surya pun terbilang tidak signifikan, hanya meningkat 18 MW yang didominasi PLTS atap. Bandingkan dengan kebutuhan 10-11 GW PLTS atap tiap tahunnya untuk mendorong bebas emisi pada 2045 di sektor ketenagalistrikan," kata Fabby.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement