IDXChannel - Anggota Komisi VII DPR RI Rofik Hananto meminta perhatian pemerintah untuk memperbanyak industri smelter dalam negeri. Hal itu terkait kebijakan setop ekspor bauksit pada Juni 2023.
Rofik memperkirakan akan ada surplus produksi bauksit yang belum tentu dapat diserap seluruhnya.
Saat ini, baru ada empat industri smelter dalam negeri dengan kapasitas pengolahan 14 juta ton. Sementara berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Kementerian ESDM Tahun 2022, produksi bauksit mencapai 48 juta ton. Masih ada sekitar 34 juta ton yang belum terserap.
"Ini sebenarnya yang kita tunggu respons-nya dari Pemerintah. Karena dari hasil RDPU Komisi VII DPR RI dengan KADIN, diperkirakan baru ada empat smelter nanti yang akan dapat menyerap sekitar 14 juta ton bauksit," kata Rofik dikutip dari laman resmi DPR, Selasa (27/12/2022).
Karena itu, ia mempertanyakan kesiapan pemerintah dalam menyetop ekspor bauksit sebagaimana turunan dari amanat UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).
"Jadi sebenarnya ini yang jadi pertanyaan tentang kesiapan pemerintah dalam menyetop ekspor. Masih ada waktu enam bulan lagi, apakah bisa semua sisa bauksit itu terserap? Nah ini yang harus kita cermati," tambah Politisi Fraksi PKS itu.
Menurut data Kementerian ESDM 2021 serta data di lapangan, kapasitas input tiga smelter bauksit yang sudah beroperasi hanya dapat menyerap sebesar 4,56 juta ton bauksit, yaitu milik PT Indonesia Chemical Alumina dengan kapasitas output 300.000 CGA (chemical grade alumina), PT Well Harvest Winning dengan kapasitas output 1 juta SGA (smelter grade alumina), dan PT Inalum dengan kapasitas output 250.000 aluminium ingot dan billet.
Lebih lanjut, terdapat 11 smelter bauksit dengan keluaran SGA yang masih tahap pengerjaan dan satu pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit dalam tahap konstruksi dengan keluaran CGA. (NIA)