sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Sulit Terkerek, Posisi Batu Bara Indonesia Aman?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
09/05/2023 10:03 WIB
Di awal perdagangan pekan ini, Senin (8/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle tak bergerak di level USD168,5 per ton.
Harga Sulit Terkerek, Posisi Batu Bara Indonesia Aman? (Foto: MNC Media)
Harga Sulit Terkerek, Posisi Batu Bara Indonesia Aman? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Di awal perdagangan pekan ini, Senin (8/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle tak bergerak di level USD168,5 per ton.

Sementara untuk kontrak Mei, harga batu bara berada di level USD169,65 per ton. Ini juga menjadi yang terendah dibandingkan sepanjang 2022. (Lihat chart di bawah ini.)

 

Sebelumnya, harga emas hitam tersebut sempat mencetak rekor tertinggi atau all time high dalam sejarah pada 5 September 2022 di level USD463,75 per ton.

Ini sekaligus mengalahkan rekor sebelumnya yang mencapai USD446 per ton pada 2 Maret 2022.

Harga batu bara di awal 2023 masih berada di level USD393,10, turun 14,1% dari harga tertinggi sepanjang masa pada September 2022.

Harga batu bara Newcastle di ICE melanjutkan penurunan tajam menjelang akhir Januari 2023 karena permintaan musim dingin telah berlalu dan krisis energi Eropa mereda.

Menguatnya harga batu bara menjelang akhir 2022 disebabkan karena gangguan pasokan aliran gas dari Rusia ke Eropa, sehingga permintaan batu bara meningkat sebagai alternatif pengganti gas. 

Saat ini, krisis gas Eropa telah berakhir dan permintaan batu bara cenderung melandai.

Permintaan batubara turun di Eropa selama musim dingin meskipun krisis energi masih menghantui.

Mengutip Financial Times di akhir April lalu, Uni Eropa dilaporkan membakar lebih sedikit batu bara musim dingin ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurut sebuah analisis lembaga think-tank Ember menunjukkan bahwa antara Oktober 2022 hingga Maret 2023 operasional pembangkit batu bara Eropa turun 27 terawatt jam, atau hampir 11 % secara yoy.

Adapun pembangkit gas turun 38 terawatt jam, karena konsumen memangkas konsumsi listrik sebagai respons terhadap melonjaknya harga energi di kawasan.

Di Asia, China sebenanrnya menjadi kunci konsumsi batu bara untuk mendukung aktivitas manufakturnya.

Impor batu bara termal China pada kuartal pertama 2023 terpantau melonjak ke level tertinggi baru karena utilitas, aktivitas bisnis dan untuk mengisi kembali persediaan untuk mengantisipasi penggunaan energi yang lebih besar menyusul pelonggaran kebijakan nol-Covid-19 yang sempat membatasi permintaan batu bara sepanjang 2022.

Mengutip Reuters, total impor batubara termal China hingga Maret melonjak 81% dari periode yang sama tahun lalu menjadi 65,7 juta ton, menurut data pelacakan kapal dari Kpler.

Posisi Batu Bara Indonesia

Sejauh ini sepanjang awal 2023, ekspor batu bara Indonesia masih menjadi penopang neraca ekonomi nasional.

BPS mencatat nilai ekspor batu bara sepanjang kuartal pertama 2023 mencapai USD10,1 miliar atau sekira Rp150 triliun dengan realisasi ekspor sebesar 122,8 juta ton. Harga batu bara RI masih berada di kisaran USD250 per ton per April 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)

Menurut Reuters, beberapa faktor akan berperan pada 2023 yang dapat meningkatkan permintaan batu bara Indonesia dalam beberapa bulan mendatang. Salah satunya adalah pemulihan ekonomi China.

Namun, Purchasing Manager Index (PMI) China masih mengalami kontraksi menjadi menjadi 49,2 pada bulan April. Angka ini menurun dari 51,9 pada Maret 2023.

Pelemahan manufaktur bisa membuat permintaan batu bara juga terganggu ke depan.

Adapun, stok batu bara domestik India yang terbatas merupakan faktor bullish lain yang mendukung potensi ekspor batu bara Indonesia.

Departemen Meteorologi India, atau IMD, dalam sebuah pernyataan 17 April lalu memperingatkan kondisi gelombang panas di India Timur kemungkinan akan berlanjut selama beberapa waktu ke depan.

Kondisi ini diperparah dengan ancaman kekurangan pasokan listrik. Laporan S&P Global memperingatkan India berpotensi mengalami kekurangan listrik sebesar 22,53 juta kWh terlihat pada 17 April lalu.

Menurut data Kementerian Batu Bara India, produksi batu bara India meningkat 14,76% yoy menjadi 893,08 juta mt pada tahun keuangan 2022-23 yang berakhir 31 Maret.

Adapun India mengimpor 14,9 juta mt batubara termal pada Maret tahun ini, menurut data seaborne S&P Global.

"Diproyeksikan lebih awal bahwa permintaan listrik tahun ini akan naik ke tingkat rekor dan reaksi langsung yang alami adalah konsumsi batu bara yang lebih banyak. Produksi sejauh ini kuat, dan impor juga cenderung meningkat mulai Mei dan seterusnya, " kata seorang trader yang berbasis di India pada 18 April, dalam catatan S&P Global.

Cadangan batu bara pada pembangkit listrik India juga hanya bertahan hingga sekitar 37 juta mt dalam 15 hari pertama bulan April, cukup untuk pembakaran selama lebih dari 13 hari, menurut data terbaru dari Otoritas Kelistrikan Pusat India.

Pemerintah bersiap untuk mencegah potensi krisis listrik dan telah memulai beberapa langkah seperti penggunaan pembangkit listrik yang menggunakan batu bara impor agar beroperasi dengan kapasitas penuh untuk mencegah pemadaman listrik yang meluas

Selain itu, Kementerian Batu Bara telah mengarahkan seluruh perusahaan pembangkit listrik untuk mencampurkan batu bara impor hingga 6% dari kebutuhannya hingga September mendatang.

Konsumen batu bara terbesar kedua di dunia tersebut memang masih bergantung pada impor untuk hampir seperempat pasokan batubaranya, 65% di antaranya berasal dari Indonesia pada 2022.

Jika digabungkan, faktor-faktor ini masih berpotensi membuat batu bara Indonesia diminati pasar ke depan. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement