IDXChannel - Dalam satu setengah tahun terakhir, ‘emas hitam’ batu bara mengalami kebangkitan yang mengejutkan. Kebangkitan ini ditopang oleh harganya yang terus melambung, juga pasokan yang tersedia melimpah.
Adalah invasi Rusia ke Ukraina yang telah menjadi game changer dan mengguncang pasar energi saat ini. Kondisi ini disebut berkontribusi terhadap dinamika harga batu bara.
Namun, kenyataannya harga batu bara bahkan telah melonjak beberapa bulan sebelum invasi Rusia ke Ukraina berlangsung. Salah satunya disebabkan karena Eropa sudah mulai mengalami kekurangan energi dan mendorong kembali beralih ke tenaga batu bara.
“Lima atau enam tahun lalu, batu bara termal dijual sekitar USD60 hingga USD80 per ton. Bahkan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, harga batu bara termal telah melonjak hingga sekitar USD200 per ton,” kata Neil Bristow, managing director H&W Worldwide Consulting, dalam acara Coal Association of Canada conference, Kamis (22/9) mengutip mining.com.
Sementara itu, batu bara diperkirakan akan diperdagangkan pada level 461,92 USD/MT pada akhir kuartal ini, menurut model makro global dan ekspektasi analis Trading Economics. Proyeksi ke depan, emas hitam ini akan diperdagangkan di angka USD550,62/MT dalam waktu 12 bulan.
Pandangan lain dari Fitch Solutions, pada Agustus lalu merevisi perkiraan harga batu bara untuk 2022 menjadi rata-rata USD320 per ton dari sebelumnya USD230. Harga ini diperkirakan turun menjadi USD280 pada tahun 2023 dan USD250 pada tahun 2024.
Bank of America (BofA) juga telah merevisi prediksi harga batu bara untuk kuartal keempat tahun ini menjadi $375. Sementara di tahun 2023, harga emas hitam diproyeksikan pada level USD175 per ton.
2021 Tahun All Time High Emas Hitam
Batu bara adalah bahan bakar utama yang digunakan untuk menghasilkan listrik di seluruh dunia. Mengutip Trading Economics, produsen dan konsumen batu bara terbesar adalah China. Produsen besar lainnya antara lain Amerika Serikat, India, Australia, Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Jerman, dan Polandia.
Eksportir batu bara terbesar adalah Indonesia, Australia, Rusia, Amerika Serikat, Kolombia, Afrika Selatan dan Kazakhstan.
Batu bara berjangka Newcastle, patokan untuk wilayah konsumen utama Asia, diperdagangkan di angka USD440 pada September 2022, turun dari USD460, rekor tertinggi akibat kekhawatiran penghentian pasokan dari AS. (Lihat tabel di bawah ini.)
Harga Batu Bara Terus Merangkak Naik Sejak 2018
Sumber: Barchart
Pertengahan bulan ini, Washington memanas dengan adanya protes serikat pekerja kereta api yang mengancam akan menghentikan pasokan batu bara ke sebagian besar pembangkit listrik.
Kendati demikian, harga batu bara tetap mendekati level tertinggi secara historis karena krisis listrik di seluruh dunia. Kondisi ini juga menyebabkan peningkatan ketergantungan secara ekonomi pada batu bara.
Menurut International Energy Agency (IEA), konsumsi batu bara di Eropa naik 7% sepanjang 2022. Pasokan utama batu bara benua Biru ditopang oleh Afrika Selatan, Indonesia, dan Australia karena impor dari Rusia harus dihentikan.
Negara-negara Eropa juga akan meningkatkan produksi batu bara imbas adanya krisis gas alam, seiring dengan Jerman, Italia, dan Austria, yang mulai membuka kembali pabrik batu baranya.
Banyak fakta mengejutkan dari batu bara. Meskipun sumber energi ini cenderung dijauhi karena tidak ramah lingkungan melalui skema net-zero emission target, tetapi fakta global berbicara lain.
Periode 2019-2020 diproyeksikan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara akan dikurangi, tapi pada tahun 2021, harapan tersebut pupus.
Berdasarkan analisis IEA, permintaan listrik yang meningkat, tetapi dibarengi dengan kenaikan harga gas alam yang tajam. Akibat kondisi itu, pembangkit listrik batu bara global meningkat sebesar 9% menjadi 10.350 terawatt-hours (TWh) pada 2021, rekor tertinggi baru sepanjang masa.