"Kami sempat belajar ke bank sampah-bank sampah lain di Jogja, Pekalongan, sampai Padang, Bali hingga ke Kalimantan, tapi sejauh ini belum dapat solusi yang pas. Tapi kami tidak menyerah. Pelan-pelan kami coba urai masalahnya, dan inventarisir peluang solusinya. Semoga ada titik terang," tukas Asih.
Daur Ulang Mandiri
Karena impian menyuplai sampahnya ke Indocement sebagai bahan pembuat RFD dirasa masih terjal, maka saat ini Bank Sampah Desa Benteng masih menjalankan operasionalnya seperti biasa, yaitu dengan memilah sampah-sampah yang telah disetor oleh warga.
Dari hasil pemilahan tersebut, sampah-sampah yang sekiranya bisa diolah kembali akan didaur ulang secara mandiri oleh Bank Sampah Desa Benteng. Selain itu, sampah-sampah yang masih memiliki nilai ekonomis juga akan dijual kembali ke pengepul.
"Baru, residu dari itu semua, (sampah) yang sudah tidak bisa diolah lagi, kami akan buang lagi ke (Tempat Pembuangan Sampah/TPS) Galuga," tandas Asih.
Dari proses pengolahan yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini, Asih menjelaskan, pihaknya bisa meraup omzet minimal sekitar Rp2 juta per bulan.