"Mereka ini, saya akui, dedikasinya luar biasa. Sejak 2013 lalu berjuang secara mandiri, sama sekali tidak ada bantuan dari desa, dari mana-mana, mereka gotong-royong sendiri hingga sampai sebesar sekarang," ujar Wahyu, saat dihubungi terpisah.
Karenanya, menurut Wahyu, tak sedikit pihak-pihak lain yang datang berkunjung, mulai dari yang hanya ingin tahu, belajar lebih dalam dan bahkan secara khusus ingin mendapat mentoring dari Bank Sampah Desa Benteng untuk juga dapat membangun gerakan sejenis di wilayahnya.
"Sebagai bagian dari Desa Wisata Benteng, banyak dari pelajar, mahasiswa atau kelompok pecinta lingkungan yang datang untuk belajar ke Bank Sampah kita ini. Lalu juga para pengurus desa lain, bahkan dari kota-kota lain, datang berguru ke Bu Asih tentang bagaimana caranya menginisiasi bank sampah agar sukses seperti di Benteng ini," tutur Wahyu.

Selain mengajari pihak lain, dikatakan Wahyu, Asih dan para pengurus Bank Sampah Asri Mandiri juga secara aktif terus meningkatkan kemampuan dengan mengikuti berbagai pelatihan tentang pengelolaan bank sampah yang diselenggarakan oleh berbagai pihak.
Bahkan, guna sekaligus refreshing, para pengurus Bank Sampah Asri Mandiri juga secara rutin tiap tahun melakukan kunjungan ke bank sampah di kota-kota lain, untuk dapat studi banding sekaligus melihat langkah-langkah pengembangan yang bisa dilakukan selanjutnya.