IDXChannel - Euforia teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kian membuat geger sektor teknologi. Teranyar, saham perusahaan pembuat chip dan infrastruktur komputer, Nvidia Corp (NVDA) meroket hampir menyentuh 30% dalam perdagangan dua pekan terakhir.
Ini membuat NVDA menjadi perusahaan tekno dengan valuasi menembus USD1 triliun, mendekati tiga raksasa tekno lainnya yakni Microsoft (MSFT), Google (GOOGL), dan Apple (AAPL).
Dilaporkan Reuters, perkembangan teknologi AI telah mendukung bisnis Nvidia dalam beberapa waktu terakhir.
Didukung kemunculan ChatGPT yang telah menjadikan AI generatif sebagai pusat bisnis teknologi tahun ini.
Perkembangan AI memerlukan komputer kapasitas besar yang memproses data dan menggerakkan AI yang disebut graphics processing unit (GPU). Menurut analis, Nvidia menghasilkan sekitar 80% GPU.
GPU dirancang untuk menangani perhitungan matematis tertentu yang terlibat dalam komputasi AI dengan sangat efisien.
Sebaliknya, unit pemrosesan pusat generik dari perusahaan seperti Intel (NASDAQ:INTC) menangani berbagai tugas komputasi yang lebih luas dengan efisiensi yang lebih rendah.
ChatGPT milik OpenAI, misalnya, ternyata dibuat dengan ribuan GPU milik Nvidia.
Bahkan Financial Times melaporkan pada April, CEO Tesla dan Twitter, Elon Musk, juga menggunakan GPU dari Nvidia untuk pengembangan startup AI-nya.
Namun, kehadiran AI menjadi berkah sekaligus ancaman, terutama bagi pekerja perempuan.
Pekerjaan Perempuan Terancam
Melansir Bloomberg, studi yang dilakukan sebuah perusahaan intelijen tenaga kerja berbasis New York, Amerika Serikat (AS), Revelio Labs, menemukan pekerjaan yang melibatkan perempuan akan lebih rentan tergantikan oleh teknologi AI.
Hal ini disebabkan oleh bias sistemik dalam masyarakat, yang mendorong perempuan ke dalam peran yang cenderung bersifat administratif atau sekretaris yang sangat mudah digantikan oleh sistem AI.
Adapun menurut laporan World Economic Forum (WEF) dalam Future of Jobs Survei 2023, sejumlah pekerjaan paling banyak hilang dan tergantikan AI, di antaranya:
- Petugas entri data
- Sekretaris eksekutif dan administrasi
- Petugas akuntansi, pencatatan data, dan pembayaran gaji
- Petugas keamanan
- Petugas kebersihan dan penjaga gedung
- Petugas tiket dan kasir
- Petugas penyimpanan stok dan pencatatan material
- Pekerja pabrik
- Petugas layanan pos
- Teller bank
Untuk sampai pada kesimpulannya, studi Revelio Labs pertama-tama melihat studi pihak ketiga dari National Bureau of Economic Research, yang bertujuan untuk menentukan posisi pekerjaan yang paling terancam oleh AI dalam waktu dekat.
Kemudian, para peneliti memecah demografi tipikal dari setiap posisi berdasarkan jenis kelamin. Dari metode tersebut, Revelio Labs menyimpulkan bahwa posisi perempuan menjadi yang paling rentan tergantikan oleh AI.
“Distribusi gender di seluruh pekerjaan mencerminkan bias yang mengakar kuat dalam masyarakat kita, dengan perempuan seringkali terbatas pada peran seperti asisten administrasi dan sekretaris. Akibatnya, dampak AI menjadi cenderung merugikan salah satu gender,” kata Hakki Ozdenoren, ekonom di Revelio Labs.