Meski demikian, Kiswoyo menambahkan BBNI perlu menyeimbangkan antara risiko dan keuntungan untuk memastikan pertumbuhan penyaluran kredit yang berkelanjutan.
Salah satu inovasi yang dilakukan BBNI adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI). Dengan AI, BBNI tidak hanya meningkatkan layanan nasabah tetapi juga kualitas kredit melalui credit scoring. Ini sesuai dengan arahan manajemen perusahaan.
"Penggunaan AI sangat penting, terutama dengan banyaknya data nasabah. AI membantu mempercepat dan mempermudah proses penilaian kelayakan kredit," ujar Kiswoyo.
Tahun ini, dikatakan Kiswoyo, pertumbuhan penyaluran kredit BBNI diperkirakan mencapai sembilan persen. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen berisiko rendah seperti kredit korporasi dan kredit konsumer dan anak usahanya. Sebagai bank besar, BBNI memiliki cadangan yang cukup untuk penyaluran kredit korporasi sepanjang 2024.
BBNI juga melihat potensi pertumbuhan di sektor swasta yang sehat, termasuk sektor perdagangan, manufaktur, dan pembangkit tenaga listrik. Untuk perusahaan BUMN, BBNI akan fokus pada perusahaan blue-chip.