IDXChannel - Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) menyampaikan perkembangan terkini mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) hingga restrukturisasi anak usaha perseroan di Singapura, Golden Mountain Pte Ltd.
Direktur Keuangan Sritex (SRIL), Welly Salam mengatakan, peninjauan kembali PKPU No. 59/PK/Pdt.Sus-Pailit/2022 tanggal 22 November 2022 telah diputus pada 30 Desember 2022 dengan menolak gugatan dari PT Bank QNB Indonesia Tbk.
"Sehingga dengan demikian, perseroan tetap menjalankan kegiatan usahanya dikarenakan permohonan pailit tersebut telah ditolak," ucap dia dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (24/6).
Terkait dengan restrukturisasi anak perusahaan Golden Mountain Pte Ltd di Singapura, Welly mengaku, masih belum terselesaikan.
"Karena masih belum mencapai perdamaian dengan para kreditur, sehingga perseroan belum dapat melanjutkan penetapan restrukturisasi di Amerika Serikat (AS)," ujar Welly.
Dalam pengumuman terbarunya, SRIL akan menggelar RUPS Tahunan pada Selasa besok (25/6) mulai pukul 08.45 WIB di Convention Hall PT Sri Rejeki Isman Tbk, Jalan KH. Samanhudi 88, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah 57511.
Dalam RUPST tersebut, ada tiga mata acara yang akan dibahas dan dimintai persetujuan pemegang saham. Pertama, Persetujuan Laporan Tahunan Perseroan termasuk pengesahan Laporan Keuangan, Laporan Direksi serta Laporan Pengawasan Dewan Komisaris untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2023.
Kedua, Penunjukan Akuntan Publik yang akan memeriksa Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku 31 Desember 2024. Dan acara ketiga, Penetapan gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan.
Dari sisi kinerja keuangan, SRIL membukukan rugi bersih sebesar USD174,84 juta pada 2023 atau turun signifikan dibanding periode tahun sebelumnya rugi sebesar USD395,56 juta.
Padahal jika dilihat, penjualan bersih perseroan mengalami penurunan dari USD524,56 juta pada 2022 menjadi USD325,08 juta di tahun lalu.
Penyusutan rugi dikontribusi dari beban pokok penjualan yang merosot menjadi USD401,67 juta di 2023 dibanding periode 2022 yang sebesar USD791,08 juta. Pun dengan beban penjualan serta beban umum dan administrasi yang mengalami penurunan.
Sementara dari liabilitas terjadi kenaikan di 2023 menjadi USD1,60 miliar dari periode sebelumnya USD1,54 miliar. Sedangkan defisiensi modal tercatat rugi USD954,82 juta atau naik dibanding USD781,02 juta pada 2022.
Perseroan membukukan total aset sebesar USD648,99 juta pada 2023 atau turun dari realisasi periode 2022 yang sebesar USD764,55 juta.
SRIL diketahui terancam didepak dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau delisting karena masa suspensi saham sudah mencapai 30 bulan per 18 November 2023.
Di mana berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Oktober 2023, mayoritas pemegang saham SRIL atau pengendali perseroan adalah PT Huddleston Indonesia yang menguasai 59,03 persen atau 12,07 miliar saham SRIL.
Selanjutnya 8,15 miliar saham atau 39,89 persen dimiliki masyarakat atau publik, dan sisanya dipegang oleh beberapa investor individu, yaitu Iwan Kurniawan (0,53 persen), Iwan Setiawan (0,53 persen), Vonny Imelda Lukminto (0,01 persen), Lenny Imelda Lukminto (0,01 persen, serta Margaret Imelda (0,01 persen).
Sehingga jumlah seluruh saham SRIL yang beredar adalah sebanyak 20,45 miliar atau 100 persen.
(FAY)