Tren penurunan ini disebabkan oleh para investor yang merespon komentar Ketua Federal Reserve, Jerome Powell pada simposium, yang akan menaikkan suku bunga lebih tinggi demi menekan inflasi ke titik terendah.
"Pengambilan utama adalah menjinakkan inflasi adalah pekerjaan nomor satu untuk The Fed dan Funds Rate perlu mencapai tingkat pembatasan 3,5 persen hingga empat persen," ujar Manajer Portofolio Obligasi Global di Janus Henderson Investors, Jason England, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (29/8/2022).
Berbanding terbalik dengan bursa saham, pernyataan The Fed justru memantik penguatan terhadap nilai tukar dolar AS. Terhadap Yen Jepang, misalnya, dolar AS menguat 0,7 persen menuju puncak lima minggu terakhir di angka 138,58.
Sedangkan terhadap Euro, nilai tukar dolar AS tertahan di level US$0,99927, menguat tipis dari posisi dua minggu lalu, di level US$0,99005 per euro. Sementara, penguatan terbesar terjadi terhadap poundsterling, di mana mata uang tersebut justru merosot ke level terendah di angka US$1,1656. (TSA)
penulis: Ribka Christiana