Kejujuran menciptakan integritas dari pihak produsen. Jika pengusaha menjelaskan kelebihan dan kekurangan produk, integritaslah yang sesungguhnya dia jual kepada konsumen. Rasulullah pernah bersabda, “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualannya yang mempunyai aib, sebelum dia menjelaskan aibnya” (HR. al-Quzuwaini).
Tentu saja pengusaha memiliki batasan dalam sikap jujurnya, yaitu sikap murah hati saat menjawab. Konsumen jangan terlalu banyak melontarkan pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan produk yang ditawarkan, sedangkan penjual pun apabila tidak ditanya jangan merasa enggan untuk menjelaskan yang menyangkut kepentingan konsumen.
Nabi Muhammad bersabda, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada” (HR. Tirmidzi). Selain itu, kejujuran juga bisa dilihat dari kegiatan marketing yang dilakukan perusahaan.
Seorang pengusaha atau pebisnis tidak lepas dari kegiatan marketing yang mengumbar janji kepada konsumen. Janji merupakan ucapan yang menunjukkan kesanggupan atau kesadaran untuk berbuat sesuatu. Sebuah janji berhubungan erat dengan kepercayaan konsumen.
Sebuah ucapan harus sejalan dengan perbuatan. Ucapan yg menjadi janji harus selaras dengan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Kalau kamu berlaku adil dalam ucapan, ucapkanlah (ukurlah ucapan itu) tempatkan pada tempatnya. Kalau tidak pada tempatnya jangan berjanji.”