Jokowi mengatakan bahwa saat ini pemerintah juga melakukan hilirisasi antara lain di sektor pertambangan, minyak, dan gas. Menurutnya hilirisasi tersebut dilakukan untuk memberikan nilai tambah yang besar di Indonesia, untuk membuka lapangan kerja, dan sekaligus untuk menghemat devisa.
"Saya kira sudah tidak zamannya lagi yang sejak zaman VOC kita selalu mengirim, mengekspor bahan-bahan mentah yang nilai tambahnya dinikmati negara lain," tuturnya.
Di samping itu, transformasi ekonomi digital juga tidak luput dari perhatian pemerintah. Menurutnya Indonesia diperkirakan memiliki potensi ekonomi digital pada tahun 2025 sekitar USD 124 miliar.
"Kita juga telah memiliki 2.229 startup, kita memiliki 1 decacorn dan 8 unicorn, dan sudah ada 8,4 juta UMKM kita yang dalam lima tahun ini sudah masuk platform digital untuk menjual produknya, dan dipastikan data ini akan terus bertambah," katanya.
Kemudian Mantan Walikota Surakarta ini juga mengungkapkan bahwa pemerintah juga terus berupaya mewujudkan transformasi energi menuju energi baru terbarukan (EBT). Menurutnya Indonesia memiliki potensi EBT sebesar 418 gigawatt. Baik itu berupa geothermal, angin, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan tenaga hidro.
“Dekarbonisasi sektor transportasi juga dimulai dengan pembangunan mass urban transport, pembangunan green industrial park terbesar di dunia di Kalimantan Utara juga sudah kita mulai,” pungkasnya.
(NDA)