IDXChannel - Indonesia tengah menghadapi lonjakan wabah demam berdarah dengue (DBD) sepanjang awal 2024.
Lonjakan kasus terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, terdapat 38.462 kasus DBD hingga Februari 2024. Sementara per Januari 2024, jumlah kasus DBD mencapai 14.484. Angka ini lebih besar di banding periode yang sama pada periode 2023 dan 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kemenkes juga memprediksi angka kasus bisa naik tahun ini. Berdasarkan kasus yang berkembang, 316 di antaranya berakhir dengan kematian, dengan case fatality rate DBD ini sebesar 0,82.
Menanggapi tingginya kasus dengue hingga menimbulkan kematian, pemerintah melakukan pencegahan melalui penyebaran teknologi nyamuk wolbachia.
Selain itu, Kemenkes juga menyediakan vaksin dengue sebagai upaya pencegahan. Vaksin ini terdiri dari dua jenis, yakni vaksin dengvaxia dan vaksin qdenga.
Senada dengan Wamenkes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan, ada beberapa provinsi yang melaporkan kasus DBD sangat tinggi di Indonesia. Di antaranya adalah Kota Bandung, Kendari, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kabupaten Subang.
Berdasarkan provinsinya, kasus kematian akibat DBD tertinggi terdapat di Jawa Barat dengan jumlah 94 jiwa.
Lalu diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan total kematian masing-masing sebanyak 77 kematian dan 37 kematian.
Adapun lima kota dengan kasus kematian akibat DBD tertinggi, yaitu Jepara (17 kematian), Bandung (14 kematian), Subang (13 kematian), Kendal (13 kematian), dan Blora (9 kematian).
Sejauh ini, perubahan iklim dan anomali cuaca diklaim menjadi penyebab tingginya kasus DBD.
“Untuk 2024 kami prediksi (kasus DBD) juga meningkat karena perubahan curah hujan dan El Nino yang semakin lama semakin sulit diprediksi berdasarkan laporan BMKG,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (25/5/2024).
"Tingginya angka kematian DBD di wilayah-wilayah itu ada sangkut pautnya dengan banjir yang melanda daerah pantura, itu juga menyebabkan masyarakat di wilayah terdampak mengalami kesulitan untuk datang ke fasilitas kesehatan," imbuh Imran Pambudi.
Imran menjelaskan, melonjaknya kasus DBD berkaitan dengan cuaca yang tak menentu, yang menyebabkan nyamuk Aedes Aegypti - nyamuk penyebab DBD - mudah berkembang biak."Hujan sekarang itu saya bilang aneh, kenapa? (bisa nih) hujan deras selama beberapa hari, lalu kemudian cuaca berubah panas. Ketidakpastian cuaca itu yang menyebabkan munculnya genangan dan menimbulkan breeding places untuk nyamuk penyebab DBD. Alhasil, sarang-sarang nyamuk semakin banyak dan itu membuat nyamuk mudah berkembang biak," kata Imran.