IDXChannel - Sebanyak 26 emiten tercatat melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) sepanjang 2025 dengan dana yang dihimpun mencapai Rp18,11 triliun.
Sektor yang mendominasi antara lain barang baku, kesehatan, siklikal dan infrastruktur. Meski jumlah emiten baru lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 41 perusahaan, nilai penghimpunan dana tetap tergolong signifikan.
Kondisi ini mencerminkan minat investor yang masih solid terhadap saham-saham baru, terlebih sejumlah emiten IPO merupakan anak usaha dari perusahaan-perusahaan besar dan saham favorit pasar.
Berdasarkan data Bursa yang dihimpun Jumat (26/12/2025) delapan emiten melantai pada awal tahun, di antaranya PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK). Keduanya masing-masing merupakan entitas dari PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).
Memasuki Maret, pasar menyambut pencatatan saham PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), yang kemudian disusul oleh PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) pada bulan berikutnya.
Antusiasme pasar berlanjut pada pertengahan tahun dengan IPO delapan emiten, termasuk debut PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik taipan Prajogo Pangestu.
Selain itu, IPO PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) dan PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERRY) turut menambah warna pada pasar perdana saham 2025. Pesta IPO berlanjut pada akhir September dengan kehadiran PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Menjelang penutupan tahun, dua emiten lainnya, yakni PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) dan PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO), menjadi penutup rangkaian IPO sepanjang 2025.
Seiring dengan maraknya aksi korporasi tersebut, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menunjukkan penguatan signifikan. Hingga 24 Desember 2025, IHSG tercatat melesat hampir 20 persen secara year to date (ytd) atau naik 1.458 poin ke level 8.537,91.
Dari sisi aktivitas perdagangan, sepanjang tahun IHSG membukukan volume transaksi sebesar 28,79 miliar saham, jauh melampaui rata-rata harian sebesar 17,44 miliar saham.
Bahkan, indeks saham acuan tersebut telah mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high) sebanyak 23 kali, menegaskan solidnya sentimen pasar modal Indonesia sepanjang 2025.
COIN Pimpin Saham IPO 2025
Terdapat tiga saham pemimpin IPO yang menorehkan kinerja terbaik sepanjang 2025. Posisi pertama ditempati oleh PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), perusahaan kripto pertama di Indonesia yang go-public.
COIN dalam sekejap memberikan cuan ke investor dengan terbang 3.490 persen secara year to date (ytd). Dari harga Rp100 saat listing pada 9 Juli 2025 menjadi Rp3.590 per 24 Desember 2025, menjadikannya jawara dalam daftar top gainers saham IPO tahun ini.
COIN listing di Papan Pengembangan dengan melepas 2,2 miliar saham, setara 15 persen dari total modal ditempatkan dan disetor. Dalam proses penawaran umum, terdapat kelebihan permintaan hingga 27,42 kali atau 60,48 miliar saham.
Saat penawaran umum (offering), COIN menetapkan harga IPO sebesar Rp100, berada di batas bawah dari penawaran awal (book building) Rp100-Rp105. Dengan harga tersebut, perseroan mendapatkan dana Rp220,6 miliar, sedangkan nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp1,47 triliun.
Dana IPO tersebut rencananya digunakan sebagai setoran modal untuk anak usaha, PT Central Financial X (CFX) dan PT Kustodian Koin Indonesia (ICC) masing-masing 85 persen dan 15 persen.
Sejak debut perdana, COIN sudah disuspensi sebanyak tiga kali, di antaranya dua kali pada Juli dan satu kali pada Agustus. Saham Indokripto itu juga sempat masuk papan pemantauan khusus dengan skema full call auction (FCA).
Dari sisi laporan keuangan, emiten pendatang baru di sektor aset digital tersebut berhasil membalikkan kerugian menjadi laba bersih sebesar Rp25,6 miliar hingga akhir Juni 2025, dari posisi rugi Rp1,99 miliar per 31 Desember 2024.
Lonjakan laba didorong oleh kenaikan pendapatan signifikan sebesar 88 persen menjadi Rp113,14 miliar, dibandingkan hanya Rp600 juta pada akhir tahun lalu.
Perbaikan kinerja tak lepas dari kontribusi anak usaha, PT Central Finansial X (CFX), yang merupakan bursa aset kripto. CFX secara bertahap terus melakukan onboarding terhadap para Pedagang Aset Keuangan Digital (PAKD) sebagai anggota Bursa CFX, yang turut mendorong pertumbuhan pendapatan.
CDIA Terbang 768 Persen
Posisi runner-up ditempati oleh emiten konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA). Saham anak usaha TPIA ini melesat 768,42 persen ytd dari Rp160 per saham sejak debut pada 9 Juli 2025 menjadi Rp1.650 per 24 Desember 2025.
CDIA melantai di Papan Pengembangan dengan melepas 12,48 miliar saham ke publik atau setara 10 persen dari total saham yang dicatatkan di Bursa Efek. Dalam proses IPO, CDIA juga mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 15,06 kali atau mencapai 187,98 miliar saham.
Emiten investasi infrastruktur ini menetapkan harga IPO sebesar Rp190 per saham, sehingga nilai kapitalisasi pasarnya menembus Rp23,72 triliun. Dengan melepas 10 persen saham, CDIA memperoleh dana IPO sebesar Rp2,37 triliun.
Seluruh dana IPO tersebut digunakan untuk menyetorkan modal kepada anak usaha yang bergerak di segmen logistik. Sebesar 36,76 persen untuk PT Chandra Shipping International (CSI) dan 63,24 persen diberikan ke PT Chandra Samudera Port (CSP).
Usai listing di Bursa, saham CDIA sempat disuspensi sebanyak dua kali pada 17 dan 23 Juli hingga menetap sementara di Papan Pemantauan Khusus alias Full Call Auction (FCA).
Dari sisi kinerja, perusahaan bagian dari Chandra Asri Group itu mengantongi laba bersih USD83,5 juta atau setara Rp1,38 triliun (kurs Rp16.500 per USD) hingga kuartal III-2025.
Laba tersebut melonjak 269,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD22,6 juta, ditopang oleh segmen logistik sebagai motor pertumbuhan utama dengan peningkatan pendapatan 14 kali lipat atau mencapai USD24,6 juta dari total pendapatan sebesar USD104,8 juta.
Akuisisi PT Chandra Investa Prima dan peluncuran fasilitas cold storage melalui Chandra Cold Chain sebelum IPO turut mendorong peningkatan kinerja. Termasuk penambahan 20 truk baru di wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali.
RATU Masuk Top Gainers 3
Posisi ketiga dihuni oleh PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU). Saham anak usaha RAJA ini melambung 723,91 persen ytd dari Rp1.150 sejak listing pada 8 Januari menjadi Rp9.475 per 24 Desember 2025.
RATU melantai di Papan Pengembangan dengan melepas maksimal 543,01 juta saham atau 20 persen dari modal disetor dan ditempatkan. IPO RATU mencatatkan kelebihan permintaan hingga 313,15 kali. Jumlah pemesanan tercatat berasal dari 139.899 investor ritel dan 6.291 investor non-ritel.
Harga IPO yang ditetapkan sebesar Rp1.150 per saham sehingga perusahaan energi yang terlibat dalam Blok Cepu dan Blok Jabung itu meraup dana IPO sebesar Rp624,46 miliar dengan nilai kapitalisasi pasar Rp3,1 triliun.
Dana IPO sebesar Rp157,36 miliar dipinjamkan kepada anak perusahaan, PT Raharja Energi Tanjung Jabung, untuk memenuhi kewajiban pembayaran Cash Call dari PetroChina International Jabung Ltd terkait pengelolaan Blok Jabung. Jumlah kebutuhan dana untuk Cash Call ini sekitar USD10 juta atau setara Rp159,42 miliar, sehingga terdapat kekurangan sekitar Rp2,05 miliar yang akan ditutup dengan dana dari kas internal perseroan.
Kemudian sebesar Rp34,96 miliar dipinjamkan kepada perusahaan asosiasi, yaitu PT Petrogas Jatim Utama Cendana, yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan operasional melalui pemenuhan kewajiban pembayaran cash call dari ExxonMobil Cepu Ltd. Lalu sisanya untuk modal kerja, termasuk remunerasi karyawan, pengurus dan pengawas, serta biaya operasional perseroan.
Tak lama usai debut, saham RATU juga sempat dihentikan sementara sebanyak tiga kali setelah mencatatkan auto reject atas (ARA) berjilid-jilid. Di antaranya dua kali pada Januari dan sekali pada November. Saham tersebut juga pernah menjadi penghuni Papan Pemantauan Khusus Full Call Auction (FCA).
Adapun kinerja emiten migas milik Happy Hapsoro ini mencatat laba bersih USD11,76 juta hingga kuartal III-2025, naik 28,1 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar USD9,18 juta.
Kenaikan laba bersih terjadi meski perseroan mencatatkan penurunan pendapatan. Hingga September 2025, pendapatan RATU mencapai USD37,61 juta, turun 12,97 persen dari USD43,21 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
(DESI ANGRIANI)