"Artinya, belanja sudah ada uangnya, (tapi) belanjanya tidak bisa begitu. Nah, ini PR menurut saya kan kalau ini tidak diperbaiki sistemnya sampai 2022 akan jadi masalah besar, bahwa dana pemerintah ini tidak bisa digunakan sebagai motor penggeraknya," tuturnya.
Kedua, proses pengalihan (refocusing) anggaran memakan waktu cukup lama, padahal kondisi pandemi sangat dinamis.
"Pengalihan anggaran itu harus pakai revisi, revisi saja butuh 2 bulan, 3 bulan akibatnya juga berpengaruh terhadap pengeluaran," imbuhnya.
Ketiga, banyak stimulus yang belum tepat dengan kondisi di lapangan. Aviliani mencontohkan stimulus dana pemerintah ke bank yang diberikan selama pandemi ini dengan tujuan bank bisa meningkatkan penyaluran kredit.
Sayangnya, perekonomian masyarakat lesu tidak ada permintaan kredit ke bank, sehingga dananya pun menganggur di kas bank. "Nah, ternyata belum ada yang minta kredit, akibatnya apa dananya nganggur," ujarnya.