My country knows this pain. For centuries, Indonesians lived under colonial domination, oppression, and slavery. We were treated less than dogs in our own homeland. We Indonesians know what it means to be denied justice and what it means to live in apartheid, to live in poverty, and to be denied equal opportunity. We also knew what solidarity can do. In our struggle for independence, in our fight to overcome hunger, disease, and poverty, the United Nations stood with Indonesia and gave us vital assistance.
(Negara saya merasakan kepedihan ini. Selama berabad-abad, bangsa Indonesia hidup di bawah dominasi kolonial, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih rendah daripada anjing di tanah air kami sendiri. Kami, bangsa Indonesia, tahu apa artinya diabaikan keadilan dan apa artinya hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan diabaikan kesempatan yang setara.)
Decisions made here based on human solidarity — by the Security Council and this Assembly — gave Indonesia independence international legitimacy, opened doors, and supported our early development through the efforts of UN Children’s Fund (UNICEF), the UN Food and Agriculture Organization (FAO), the World Health Organization (WHO) and many many other UN institutions. And because of that, Indonesia today stands on the cusp of shared prosperity and greater equality and dignity.
(Kami juga tahu apa yang dapat dilakukan oleh solidaritas. Dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan, dalam perjuangan kami untuk mengatasi kelaparan, penyakit, dan kemiskinan, Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberi kami bantuan penting. Keputusan yang dibuat di sini berdasarkan solidaritas kemanusiaan — oleh Dewan Keamanan dan Majelis ini — memberi Indonesia legitimasi internasional, membuka pintu, dan mendukung perkembangan awal kami melalui Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan banyak lagi lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya. Dan karena itu, Indonesia saat ini berada di ambang kemakmuran bersama dan kesetaraan serta martabat yang lebih besar.)
Madam President, excellencies,
(Ibu Presiden, Yang Mulia,)
Our world is driven by conflict, injustice, and deepening uncertainty. Everyday we witness suffering, genocide, and a blatant disregard for international law and human decency. In the face of these challenges, we must not give up.