Selain itu, minat investor terhadap proyek EBT cukup rendah akibat tingginya biaya modal dan operasional, serta risiko teknis dan komersial serta pembiayaan yang kurang kompetitif. Masalah perizinan yang terlalu panjang, rumit, dan birokratis juga menjadi penghambat yang menyebabkan lamanya waktu realisasi proyek dan meningkatnya biaya transaksi.
Di sisi lain, ketersediaan teknologi dan kapasitas infrastruktur energi bersih di Indonesia, seperti energi surya dan hidrogen hijau juga relatif rendah. Ditambah dengan keterbatasan infrastruktur pendukung yang juga menjadi penghalang utama dalam pengembangan tenaga surya skala besar. Pasalnya, ini memerlukan jaringan listrik canggih dan penyimpanan energi yang efisien. Sementara hidrogen hijau masih memerlukan teknologi yang lebih efisien untuk bisa bersaing secara ekonomi.
(DESI ANGRIANI)