Di sisi lain, Perseroan mendirikan Digital Acceleration Center (DAC) sebagai pusat inovasi digital dan pengembangan teknologi di bidang energi, termasuk energi bersih. Salah satu inovasinya, berhasil menciptakan platform untuk mengukur jejak karbon (carbon footprint) dalam proses produksi energi.
Saat ini ribuan sumur yang dikelola Pertamina sudah terkoneksi secara digital dari hulu hingga ke hilir. Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, transformasi digital dan inovasi riset teknologi ini berhasil mendorong kinerja yang positif di hampir seluruh lini bisnis.
Subholding Upstream Pertamina mampu mencatatkan kenaikan produksi migas sebesar 8 persen sepanjang 2023. "Kita sudah mulai menggunakan AI untuk mengolah dan analisa data secara lebih cepat sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan akurat," ujar Nicke dalam acara Pemred Gathering Pertamina 2024, di Bali, pada Minggu (23/6/2024).
Bahan Bakar Rendah Emisi untuk Masa Depan
Sebagai bagian dari komitmennya terhadap energi bersih, Pertamina juga mengembangkan produk bahan bakar rendah emisi seperti biofuel. Produk tersebut merupakan bahan bakar terbarukan pengganti bahan bakar fosil misalnya biogas, bioetanol, dan biodiesel.
Hal ini sejalan dengan revisi perubahan Peraturan Pemerintah 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional dan berbagai upaya untuk mendorong tercapainya target bauran energi. Dalam konteks pengembangan bahan bakar nabati, diperlukan diversifikasi feedstock untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber bahan bakar nabati (BBN).